Ibu Dan Ayah
Telah Meninggalkanku
Hari
bagiku cerah aku terbangun dari tempat tidurku, aku membuka pintu jendelaku dan
aku menghirup udara segar yang berhembus. Aku mendengar suara seseorang yang
sedang mengetuk pintu kamarku dari luar dan memanggil namaku, aku langsung
membuka pintu kamarku dan ternyata itu adalah ibu, ibu dating memanggilku untuk
sarapan pagi bersama ayah, adik dan kakakku selesai makan ibu mengatakan kalau
ibu dan ayah akan pergi ke Eropa untuk menyelesaikan pekerjaannya disana dan
mereka akan berangkat minggu ini, saat itu aku langsung berlari kekamar dan aku
meneteskan air mata. Tiba – tiba kakak dan adik menghampiriku dan langsung
memelukku. Kakak berkata kalau ibu dan ayah pergi untuk bekerja bukan untuk
bersenang – senang tetapi,mereka pergi untuk mencari uang, aku pun terdiam
mendengar kalimat – kalimat yang diucapkan oleh kak Cakrha.
“ Kak, jangan sedih, senyum dong
?!!! kata Lisa dengan senyum hambar.
Aku
pun pergi mandi dan bersiap –siap untuk
berangkat ke sekolah.
“ Lisss ! tas kakak mana ?” teriak
aku dari kamar.
Yang
dipanggil cuek sambil memasukkan buku ke dalam tas. Dengan penuh kemurahan aku berlari kekamar.
“ Heh, kok tas aku dipake sih ?” aku
bertambah gusar, kemudian aku menarik tas itu dari tangan lisa.
“emangnya kenapa kak?” nada suara
lisa mendatar
“ya udah !”
Aku
keluar dari kamar sambil membanting pintu.
“ ada apa sih Ana, kenapa dengan
adik Lisa?” ibu yang mendengar keributan itu jadi ikut – ikutan gusar.
“itu Bu Lisa dia pake tas aku yang
warnah biru itu”
“nak kamu ngalah dikit dong! Dia kan
adikmu” ibu seakan membela Lisa.
“Ah, ibu pasti selalu ngebelain
Lisa. Padahal Lisa sudah jelas – jelas salah”. Aku jadi bertambah kesal.
“Bukan membela tapi…….dia kan adik
kamu tunjukkan dong akhlak yang baik, nggak seperti sekarang pagi – pagi sudah
ngeributin soal tas, mending kalian nggak usah pake tas sekalian”. Ibu
sepertinya sudah kehilangan kesabaran.
Aku
dan Lisa tertunduk, segumpal kesalahan yang menyesakkan dada Aku dan Lisa.
“Ayah, Lisa ingin tas ……. belikan
Lisa tas lagi” rujuk Lisa.
“Lisa, tas kamu kan banyak ?”
“ tapi Lisa ingin tas lagi Ayah!”
kata Lisa dengan manjanya.
Sepuluh
menit kemudian aku sudah siap kesekolahku cium punggung tangan ibu dan ayah
dengan penuh kasih.
Aku
tiba disekolah lebih pagi dari pada biasanya, akupun meletakkan tas dimeja
kelas dan duduk merenung di bangku kelas.
Mataku
menatap lurus ke depan, tetapi pikiranku jauh menerawang, berkali – kali teman
0 teman memanggil, tetapi tidak aku hiraukan. Ingatanku kembali ke rumah aku
ingat kembali akan pertengkaran aku dengan adik lisa.
“Ada apa Ana ?” Tanya Ecy aku
menunduk dan tidak menjawab pertanyaan Ecy
“Apa kamu sakit ?” kamu tadi ceria
sekali tetapi kenapa wajahmu mendadak sedih. Padahal diluar cuaca cerah”
Aku
masih belum menjawab, tetapi aku tersenyum dan keluar dari kelas menuju ke
perpustakaan. Di depan kelas X DM 2 dicegat oleh Vita.
“Ana mau kemana sepagi ini?” sapa
Vita tangannya memegangi lengan aku.
“Saya mau keperpustakaan” jawabku
“kamu mimpi apa semalam?” Tanya Vita
heran setelah mendengar jawaban Aku
“mengapa ? balas aku
‘ pagi – pagi mau ke Perpustakaan
pada hal kamu kan sudah tahu kalau saat ini perpustakaan belum buka apakah kamu
mau membersihkan ruangan? Debat Vita
“jangan banyak bicara, kamu mau ikut
atau tidak?”bentak aku dengan tersenyum” saya hanya ingin melihat daftar buku
kalau kamu mau ikut ayo cepat sebentar lagi bel masuk” kata aku sambil menarik
tangan Vita buku yang tertempel di dinding.
“judul apa yang kamu senangi”? Tanya
vita
“nah judul yang menarik itulah yang
masih saya cari,”’ jawab saya.
“periksa katalognya kata Vita
“Kuncinya mana? Tanya aku tertawa.
Aku
masih menulusuri daftar bukuyang menempel di dinding
“Ayo, kita kekantin, saya mau makan
nich. “ kata Vita
“pergi sendiri ah!” kata saya
Vita
tak jadi pergi
“dasar kutu buku !gumam Vita
“ Ayo waktu masuk segera tiba” kata
saya teriak.
Dalam
mengikuti Pelajaran pikiran saya kurang tertuju kepada pelajaran. Saya teringat
terus sama Ayah dan Ibu yang akan berangkat besok pagi ke Eropa.
“He… kamu melamun? Tanya Ecy
“Ah….” Hanya itu jawaban saya
“Ayo kita pulang, bell pulang telah
berbunyi teriak teman – teman.
Akupun
berkemas, Ecy dan Vitapun ikut berkemas, aku Ecy. Dan Vita pulang bareng tiba –
tiba diperjalanan ada sebuah bola yang meluncur kearah kami.
“Aduh ……siapa yang kurang jar?’
teriak aku
“yang kurang ya bola, ma saya, balas
Andi.
“benar apa bola bisa melayang
sendiri kalau tidak ada yang tendang ? balas Aku
“iya
aku yang tending bolanya , tapi yang salah bukan aku bukan aku “ Debat Andi
“Ih
… jelas – jelas yang yang salah itu kamu, dasar bodoh ya kamu” kata Eci sambil
tertawa.
Ketika
aku sampai dirumah, ternyata Ibu dan Ayah dan kak Cakhra tidak ada di rumah.
Hanya Lisa ada dirumah yang sedang mengerjakan tugasnya dari sekolah aku merasa
bersalah dengan adik Lisa karena tadi pagi aku bertengkar dengannya.
“ Dek…..ayah, ibu dan kak Cakhra
mana?”
“Aku nggak tau kak karena tadi
ketika aku pulang sekolah ….ayah, ibu dan kak Cakhra ngga ada ?” jawab Lisa
bingung.
“Oooo…..apakah kamu sudah makan ?
Tanya aku setelah aku dekat dengan Lisa.
“belum kak, nanti kita makan bersama
dengan Ayah, Ibu dan kaka Cakhra “ Jawab Lisa
“Nah, itu Ayah, Ibu dan kak Cakhra
sudah datang”
“Apakah kalian
sudah makan ?” tanya ibu
“Belum
bu, “ jawan Aku dan Lisa
“Ayo
kita makan bersama” ajak ibu sambil berjalan menuju kedalam rumah.
Beberapa saat kemufian aku, Ayah, Ibu , Lisa, dan Cakhra
telah tertidur lelap. Hanya suara jangkrik yang mengiringi kelelapan kami.
Keesokan harinya ayah dan ibu bersiap –siap berangkat ke
Eropa, rasanya aku ingin ikut saat Ayah dan Ibu naik pesawat Aku, Lisa, dan Kak
Cakhra melambaikan tangan dan dalam hati aku berdoa mudah – mudahan ibu dan
Ayah sampai di Eropa dengan selamat. Aku, Lisa, dan Kak Cakhra langsung pulang
ke rumah.
Sesampai dirumah .....entah mengapa perasaanku menjadi
nggak enak tiba – tiba Lisa berlari ke depan Televisi dan langsung menonton
berita tentang kecelakaan Pesawat, ku simak baik – baik berita tersebut dan
ternyata itu adalah pesawat yang ditumpangi Ayah dan Ibu ke Eropa.
“Kak......kakak
Cakhra” teriak aku
“kamu
kenapa, kok kamu panggil kakak seperti lagi lihat hantu saja ? tanya kakak
Cakhra.
“kak,
pesawat itu bukannya pesawat yang ditumpangi ibu dan ayah ke Eropa?
“mana
kak lihat ?” kata kak Cakhra sambil melihat dengan baik ke Tv.
Tiba – tiba kak cakhra menangis dan berkata “Iya....
dek.....pesawat itu adalah pesawat yang ditumpangi ayah dan ibu”
“A..pa.....,
tidak...mungkin ayah dan ibu meninggalkan aku kak......ayah dan ibu berjanji
akan pulang kak “ suara Lisa terbata
Mendengar berita Aku dan Lisa langsung memeluk kak Cakhra
sambil menangis kami tak percaya kalau ibu dan ayah telah pergi meninggalkan
kami untuk selamanya. Aku, Lisa, dan Kak Cakhra tak berhenti menangis, aku tak
bisa hidup tanpa ayah dan ibu. Kupandangi photo kedua orang tuaku saat kami
bersama Ayah dan ibu.
Lisa terus menangis dan teringat pada saat ia memaksa
ayah untuk membelikan dia tas.
“Kak,
ayah dan ibu telah pergi meninggalkan kita,” Lisa menunduk dengan terputus Lisa
melanjutkan.
“Aku
tidak bisa hidup tanpa Ibu dan Ayah kak, kenapa mereka pergi begitu cepat aku
masih ingin bersama ibu dan ayah”
“Iya
dek, kamu jangan menangis lagi ya, biarlah Ibu dan Ayah pergi dengan tenang”
kata kak Cakhra sambil memeluk aku dan adik Lisa.
“
janganlah kalian membuat kedua orang tuamu menangis” karena kedua orang tua
kita sangat menyayangimu, dengan penuh kasih sayang, jadi buatlah kedua orang
tuamu bahagia, terutama ibumu karena surga ada ditelapak kaki ibu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar